Home » KTI » TELUR IKAN: KOMPOSISI GIZI, SUMBER ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITORY DAN POTENSINYA SEBAGAI ANTIHIPERTENSI

TELUR IKAN: KOMPOSISI GIZI, SUMBER ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITORY DAN POTENSINYA SEBAGAI ANTIHIPERTENSI

Oleh : Johanna Louretha Thenu1*

Abstrak 

Diperkirakan 20% populasi penduduk dunia mengalami penyakit hipertensi dan merupakan suatu penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi di negara-negara berkembang dan terjadi pada orang-orang yang umurnya diatas 60 tahun. Di Indonesia, hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah strok dan tuberkolosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. ACE inhibitory sintesis seperti kaptopril, enalapril, alacepril, atau lisinopril adalah beberapa yang sering digunakan sebagai obat untuk mengobati hipertensi, tetapi dilaporkan bahwa ACE inhibitory sintesis memiliki efek samping seperti efek pada respon inflamasi, pembengkakan pada gusi, batuk kering, perubahan abnormal pada indra perasa dan pembengkakan dibawah kulit. Oleh karena itu akhir-akhir ini berbagai penelitian ditujukan terhadap organisme laut dan hasil samping yang dihasilkan, seperti telur ikan. Telur ikan diketahui mengandung sejumlah komponen gizi yang tinggi terutama kandungan asam lemak dan asam aminonya dan diketahui sebagai sumber Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitory dan potensinya sebagai antihipertensi alami, sehinggga menjadi suatu kajian baru yang dapat dikembangkan.

Kata Kunci :    Telur ikan, Komposisi gizi, Angiotensin Converting Enzyme (ACE)           Inhibitory, Antihipertensi

 

  1. Pendahuluan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit kronis dan merupakan faktor utama penyebab beberapa penyakit seperti strok, penyakit jantung koroner, disfungsi ginjal dan infarksi miokardial.  Hipertensi adalah kenaikan tekanan arteri melebihi normal dan tekanan itu bertahan. Menurut WHO, defenisi hipertensi adalah arus tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau arus tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Enzim pengubah angiotensin I (ACE) adalah glikoprotein peptidildipeptida hidrolase dan termasuk kelas zink protease yang membutuhkan zink dan klorida agar menjadi aktif. ACE berperan didalam tubuh pada proses pengaturan tekanan darah. Jenis peptida ini pada dasarnya mengkatalisis reaksi angiotensin I menjadi angiotensin II, dengan memecah dipeptida histidil-leusina dari ujung C angiotensin I menghasilkan angiotensin II dan asam hipurat (Goretta et al., 2003). Jika hidrolisis angiotensin I berlebihan, maka tekanan darah akan meningkat (Shalaby et al., 2006).

Suatu konsep bahwa organisme laut merupakan suatu sumber subtansi baru sebagai alternatif obat, saat ini semakin banyak diteliti. Karakteristik biologi dan kimia dari organisme laut merupakan sumber bioaktif baru yang tak terbatas. Organisme laut dan hasil samping yang dihasilkan mengandung sejumlah komponen gizi yang sangat tinggi seperti asam lemak, asam amino, dan senyawa-senyawa lainnya dengan karakteristik yang unik. Hasil samping dari proses pengolahan hasil perikanan seperti kepala, kulit, sisik, tulang, jeroan, darah dan telur merupakan suatu subtansi yang memiliki berbagai nilai tambah yang tinggi. Sehingga perlu dieksploitasi lebih lanjut dan membutuhkan perhatian serius karena dapat dijadikan sumber yang sangat baik sebagai bahan pharmaceutical dan neutraceutical, dengan suatu efek yang spesifik dalam menyembuhkan berbagai penyakit.

Lebih dari 91 juta ton ikan dan non ikan dihasilkan setiap tahun. Dari proses penangkapan dan budidaya diperkirakan sekitar 25% adalah total limbah/hasil samping yang dihasilkan (Eurostat, 2006); (Rustad, 2003). Manajemen limbah/hasil samping produk perikanan merupakan suatu masalah utama dan perlu mendapat perhatian serius karena terkait dengan pencemaran lingkungan. Sampai saat ini berbagai aplikasi untuk pemanfaatan limbah hasil laut sudah dilakukan seperti pakan ternak, biodiesel/biogas, dietary product dan food packaging (kitosan), kosmetik (kolagen), pigmen alami, dan enzim. Penelitian akhir-akhir ini lebih ditujukan untuk mendapatkan berbagai komponen bioaktif berupa peptida dari tulang ikan, kulit, dan organ dalam termasuk juga telur yang dihasilkan.  Ikan selain menjadi komoditi ekspor, permintaan lokal untuk konsumsi dan pengolahan juga semakin tinggi. Dengan permintaan yang cukup tinggi ini sehingga tentunya menghasilkan hasil samping yang tinggi pula. Oleh karena itu pemanfaatan hasil samping berupa telur ikan, yang memiliki komposisi gizi yang cukup lengkap terutama asam amino yang dapat dijadikan sebagai sumber Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitory dan antihipertensi alami, sangat berpotensi untuk dikaji dan dikembangkan.

 

  1. Pembahasan
    • Komposisi Gizi Telur Ikan

Roe adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan telur ikan (oosit) yang terkumpul di gelendong. Telur ikan mengandung 1% albumin, 75% ovoglobulin dan 13% kolagen. Selain itu, telur memiliki kandungan nutrisi lemak tinggi, khususnya fosfolipid dan rantai panjang asam lemak tak jenuh (LCUFAs) (Al-Sayed Mahmoud et al., 2008), Asam Eicosapentaenoic (EPA), docosahexaenoic acid (DHA) yang berperan penting dalam mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan penyakit antiinflamasi (Sahena et al., 2009).

Telur ikan memiliki kandungan protein yang tinggi dan sejumlah asam amino. Beberapa hasil pemelitian komposisi telur ikan terdiri dari glutamine (12,65%), leusin (8,44%) dan lisin (8,30%). Kandungan protein telur ikan cakalang dan tongkol masing-masing sebesar 20,15% dan 18,44%. Asam amino dominan pada ikan tongkol terdiri atas histidin, leusin dan protein dengan nilai berturut turut sebesar 10,30, 10,80,  dan 11.70 g/100 g protein, sedangkan asam amino non esensial yang dominan adalah glutamat, prolin, dan serin dengan nilai berturut-turut sebesar 5,89, 3,79, dan  3,23 g/100 g protein. (Intarasirisawat et al., 2011); (Ziaeian H, Moini, S, and Jamili, 2008). Berbagai penelitian terhadap inhibitor ACE di Indonesia masih terbatas. Beberapa penelitian diluar negeri telah menghasilkan inhibitor ACE dari organisme laut antara lain : pepsin hidrolisat daging merah ikan tuna, kulit dan tulang rangka alaska pollack, kulit ikan salmon dan hidrolisat alkalase telur ikan cakalang (Qian et al., 2007), (Byun and Kim, 2001), (Je et al., 2004), (Gu et al., 2011) dan (Intarasirisawat et al., 2013). Ketika telur mengalami pematangan, rasio kadar air atau lipid dalam telur umumnya meningkat (Bledsoe et al., 2003). Variasi komposisi kimia dari telur ikan terutama disebabkan oleh faktor biologis, termasuk spesies, tahap kematangan, makanan, musim, wilayah penangkapan dan kondisi pengolahan (Mahmoud et al., 2008).

 

  • Proksimat Telur Ikan

Telur ikan memiliki kandungan air, protein, lemak, abu dan karbohidrat yang berbeda-beda, tergantung pada beberapa faktor seperti jenis dan ukuran ikan, tingkat kematangan telur, habitat dari ikan, musim dan beberapa faktor lainnya. Proksimat telur ikan dari beberapa spesies yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.

 

Tabel 1.  Proksimat telur ikan dari beberapa janis ikan

 

Jenis Ikan

Komposisi (% berat basah)
Kadar Air Protein Lemak Abu Karbohidrat
Cakalang* 72.17 20.15 3.39 1.94 2.35
Tongkol* 72.23 18.44 5.68 2.10 1.55
Bonito* 73.03 18.16 4.26 1.79 2.76
Alaska Pollock* 67,4-80,0 16,0-25,8 0.3-5,2 1,7-2,3  
Cod* 67,4-80,0 16,0-25,8 0.3-5,2 1,7-2,3  
Catla* 50,7-67 16,6- 28,2 3,2-9,5 1,1-1,4  
Ikan Mas* 50,7-67 16,6- 28,2 3,2-9,5 1,1-1,4  
Rohu* 50,7-67 16,6- 28,2 3,2-9,5 1,1-1,4  
Murrel* 50,7-67 16,6- 28,2 3,2-9,5 1,1-1,4  
Catfish 55,7 28,1 16,5 1,8  
Channas striatus** 5,6 90,2   2,62  
Lates carcarifer** 5,3 82,5   2,14  
Rohu (Labeo rohita) 6,87;

6,95

25,33;

68,66

13,01;

14,41

7,03;

8,52

 

     Keterangan   : *(Telur Ikan defatted), **(Hidrolisat telur Ikan)    

     Sumber         : (Intarasirisawat et al., 2011); (Galla et al., 2012); (Chalamaiah et al., 2013)

Dari Tabel terlihat bahwa beberapa telur ikan defatted dari beberapa spesies ikan memiliki kadar air diatas 50%, sedangkan telur ikan hasil hidrolisat umumnya memiliki kadar air yang rendah karena sudah mengalami proses pengeringan. Rata-rata protein telur ikan defatted berkisar antara 16-20%, sedangkan pada telur ikan hasil hidrolisat mengalami peningkatan yang siknifikan. Kadar lemak, abu dan karbohidrat dari defpadatted dan hidrolisat telur ikan umumnya cukup rendah. Ketika telur mengalami maturasi, rasio antara kadar air atau lipit umumnya mengalami peningkatan (Bledsoe, et al., 2003). Variasi komposisi kimia telur umumnya tergantung pada faktor biologis, seperti jenis ikan, tingkat kematangan telur, makanan, musim, area penangkapan dan kondisi pengolahan (Mahmoud et al., 2008). Selanjutnya, jumlah dan komposisi lemak sangat dipengaruhi oleh spesis dan habitat (Sahena et al., 2009). Telur ikan menjadi sumber alternatif  protein dan lemak.

 

  • Asam Amino

Komposisi asam amino dari telur ikan tongkol yang dominan adalah histidin, leusin dan prolin dengan nilai secara berturut-turut yaitu 10,80, 10.30 dan 11,70 g/100g protein, sedangkan asam amino nonesensial yang dominan adalah asam glutamat, prolin dan serin dengan nilai secara berturut-turut yaitu 5,89, 3,79g dan 3,23 g/100g protein. Perbedaan komposisi asam amino dan lemak telur ikan segar disebabkan oleh habitat yang berbeda, makanan dan musim (Ziaeian et al., 2008). Telur ikan defatted  dapat dijadikan sebagai alternatif sumber asam amino dengan nilai nutrisi tinggi. Komposisi asam amino telur ikan dari beberapa spesies ikan yang berbeda dapat dilihat pada   Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi asam amino telur ikan dari beberapa jenis ikan.

Asam Amino

(gr/100 gr)

Cakalang* Tongkol* Bonito* Channas striatus** Lates carcarifer** Tuna***
Alanin 6.80 6.94 6.66 9,28 11,42 8,90
Arginin 6.87 6.50 6.96 5,76 6,41 5,52
Asparagin/Asam aspartat 8.53 8.27 8.85 8,08 6,81 19,24
Sistein 0.04 0.04 0.05 0,66 0,63 5,57
Glutamat 12.65 12.18 12.55 13,14 15,38 10,62
Glisin 4.27 6.22 5.57 4,43 3,24 13,80
Histidin 2.84 3.14 2.91 2,40 2,66 19,48
Isoleusin 4.94 5.27 4.69 6,95 6,75 7,15
Leusin 8.44 8.64 8.28 7,57 11,39 18,58
Lisin 8.30 8.26 8.24 6,96 6,86 21,10
Metionin 2.76 2.64 2.71 1,45 1,32 4,47
Phenilalanin 4.57 4.43 4.37 4,78 4,01 15,04
Hydroksiprolin 0.14 0.13 0.75      
Prolin 6.17 5.29 5.85 4,20 3,01 6,83
Serin 6.16 5.96 5.69 5,27 3,58 5,82
Threonin 4.85 4.93 4.92 4,61 4,79 4,50
Tirosin 4.68 4.46 4.20 4,26 3,58 4,75
Triptofan 1.16 1.10 1.13      
Valin 5.80 5.57 5.43 7,25 7,89 8,93
Asam amino esensial (EAA) 49.37 49.38 48.51     104,78
Asam amino non esensial (NEAA) 50.63 50.62 51.49     75,61

Keterangan   : * (Telur defatted), ** (Konsentrat telur ikan), *** (Telur segar)          

Sumber         : (Ziaeian et al., 2008); (Intarasirisawat et al., 2011);  (Galla et al.,                                         2012).

 

  • Asam Lemak

          Hasil penelitian (Intarasirisawat et al., 2011), menemukan komposisi asam lemak dari tiga jennis tuna yaitu skipjack, tongol dan bonito bahwa phospolipit adalah komponen utama dari jumlah total lipid secara keseluruhan dengan jumlah 50-55%. Peningkatan proporsi lemak umumnya tergantung pada tingkat kematangan telur (Sahena et al., 2009). Selain itu perbedaan komposisi lemak dipengaruhi juga oleh masing-masing jenis ikan (Sahena et al., 2009; (Bledsoe, et al., 2003). Kandungan asam lemak telur ikan dari beberapa jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 3.

 Tabel 3. Kandungan asam lemak telur ikan dari beberapa jenis ikan

 

Rohu (Labeo rohita) Tuna  (Tunnus tonggol)  

Asam

Lemak

 (%)

Skipjack Tongol Bonito
Asam Lemak (%) Hidrolisat

Pepsin

Hidrolisat Tripsin Asam Lemak (%) Segar Segar Segar Segar
Asam miristat (C14:0) 2,30 1,50 C14:1 0,08 C14:0 1,68 1,68 1,89
Asam palmitat (C16:0) 31,9 29,3 C15:1 0,01 C15:0 0,83 0,8 0,61
Asam palmitoleat  (C16:1, n-7) 6,61 4,38 C16:1 3,49 C15:1 0,63 0,69 0,76
Asam stearat (C18:0) 11,6 13,1 C17:1 0,80 C16:0 24,27 18,20 20,08
Asam oleat (C18:1,  n-9) 21,2 19,2 C18:1t 0,24 C16:1, n-7 3,43 3,23 4,47
Asam lenoleat (LA, C18:2, n-6) 3,43 2,60 C18:1c 21,88 C17:0 1,01 1,39 0,89
α-asam linolenat (LNA, C18:3, n-3) 1,69 C18:2t 0,17 C17:1 1,69 1,77 1,77
Asam eikosaenoat (C20:1, n-9) 0,99 C18:2c 1,31 C18:0 5,70 6,15 7,34
Asam eikosadienoat (C20:2, n-6) 0.91 C18:3, n-3 0,46 C18:1, n-9 12,81 11,00 10,66
Asam eikosatrienoat (C20:3, n-6) 1,30 1,49 C18:3, n-6 0,16 C18:1, n-7 2,01 2,41 3,50
Asam arakidonat (AA, C20:4, n-6) 4,10 4,72 C20:1 0,30 C18:2, n-6 0,97 1,10 1,08
Asam eikosapentanoat (EPA, C20:5, n-3) 1,81 2,91 C18:4, n-3 0,36 C18:3, n-3 0,53 0,56 0,64
Asam dokosapentanoat (DPA, C20:5, n-3) 2,40 3,09 C20:3, n-3 0,18 C18:3, n-6 0,27 0,29 0,28
Asam dokosahexanoat (DHA, C22:6, n-3 11,5 16,1 C20:4, n-6 0,14 C18:4, n-3 0,56 0,48 0,61
∑ SFA 45,8 43,9 C20:5, n-3 5,29 C20:0 0,27 0,24 0,34
∑ MUFA 28,8 23,5 C24:1 0,97 C20:1, n-9 0,25 0,38 0,35
∑ PUFA 25,4 32,6 C22:5, n-3 1,66 C20:2, n-6 0,14 0,16 0,12
PUFA/SFA 0,55 0,74 C22:6, n-3 24,79 C20:3, n-6 0,12 0,12 0,14
DHA/EPA 6,35 5,55 ∑ MUFA 27,78 C20:4, n-6 2,16 2,36 2,18
      ∑ PUFA 34,55 C20:4, n-3 0,35 0,37 ND
          C20:5, n-3 3,80 4,62 4,62
          C22:4, n-6 0,34 0,21 0,31
          C22:5, n-3 0,77 1,32 1,69
          C22:5, n-6 1,87 1,90 1,18
          C22:6, n-3 23,46 26,19 20,53
          SFA 33,76 28,46 31,15
          MUFA 20,82 19,48 21,51
          PUFA 35,34 39,68 33,38

Sumber : (Ziaeian et al., 2008; Chalamaiah et al., 2013; Intarasirisawat et al.,                                2011)

 

  • Mineral

        Telur ikan memiliki beberapa asam lemak esensial dan sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia dan nutrisi ternak. Kandungan mineral yang bervariasi pada telur ikan dipengaruhi oleh tingkat kematangan telur (Bekhit, et al., 2009). Kandungan mineral telur ikan dari beberap jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 4.

 Tabel 4. Kandungan mineral telur ikan dari beberap jenis ikan.

Mineral

(mg/100 g)

Rohu Mineral

(mg/kg basis kering)

Skipjack Tongol Bonito
Hidrolisat Pepsin Hidrolisat Tripsin Defatted Defatted Defatted
Ca 28,76 26,64 K 2397,56 2184.22 2194,34
Na 3187,1 1635,2 Na 1074,93 826,26 768,25
K 1125,0 2280,9 P 1502,98 1527,71 1456,63
P 1931,5 2486,1 Fe 70,22 55,24 122,17
Fe 6,96 8,51 Cu 12,72 12,48 34,35
Mg 55,93 158,7 Mn 0,34 0,80 0,78
Zn 8,043 3,08 Mg 456,91 691,46 486,33
Mn 0,116 0,29        
Cu 0,83 0,81        

Sumber : (Intarasirisawat et al., 2011); (Chalamaiah et al., 2013).

 

  •   Telur Ikan sebagai Sumber Angiotensin Converting Enzyme Inhibitory dan Antihipertensi

Hasil penelitian (Intarasirisawat et al., 2013) menemukan beberapa fraksi hasil purifikasi yang mimiliki aktifitas sebagai ACE Inhibitory dari hidrolisat enzim alkalase defatted telur ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Aktivitas beberapa fraksi hasil pemurnian  hidrolisat alkalase defatted telur ikan cakalang

Fraksi Sekuen Berat Molekul (Da) IC50 dari Aktivitas ACE Inhibitory
I FVSACSVAG 839 3,49
II DWMKGQ 763 422,92
III LADGVAAPA 854 317,75
IV YVNDAATLLPR 1231 105,85
V DLDLRKDLYAN 1334 67,43
VI MCYPAST 771 58,73
VII MLVFAV 678 3,07

Sumber : (Intarasirisawat et al., 2013)

Hasil purifikasi isolat peptida menunjukan peningkatan aktifitas ACE Inhibitory dengan semakin murninya isolat peptida. Hasil purifikasi dengan ultrafiltrasi, Cation exchange chromatography, Preparatif reversed phase chromatography dan Liquid chromatography tandem mass spectrometry (LC-MS/MS menunjukan aktifitas ACE lebih tinggi dibandingkan tahapan sebelumnya, disebabkan oleh semakin kecil berat molekul peptida.  Fraksi dengan berat molekul 678 Da, memiliki aktivitas ACE Inhibitory lebih tinggi dibandingkan fraksi lainnya (Intarasirisawat et al., 2013).

 

  1. Potensi Aplikasi

      Peptida hasil hodrolisat enzimatis dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai antiinflamasi, antikanker, antibakteri, antioksidan, antikarsinogen, antikoagulan, antikolesterol dan imunomodulatori (Rosa et al., 2013; Intarasirisawat et al., 2012; Ryan et al., 2011; Rustad, et al., 2011; Hafeez et al., 2014; Wilson, et al., 2011).

 

  1. Kesimpulan

     Dari pembahasan diatas terlihat bahwa telur ikan memiliki komposisi gizi yang cukup tinggi terutama asam amino dan asam lemaknya, yang berpotensi sebagai ACE Inhibitory dan antihipertensi. Pengujian sebagai ACE Inhibitory masih terbatas pada pada telur ikan cakalang sedangkan untuk telur ikan yang lain masih belum dikaji, sedangkan pengujiannya sebagai antihipertensi sampai saat ini masih belum diteliti, sehingga sangat memungkinkan untuk dikaji dan dikembangkan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 Actis-Goretta, L., Ottaviani, J. I., Keen, C. L., & Fraga, C. G. (2003). Inhibition of angiotensin converting enzyme (ACE) activity by flavan-3-ols and procyanidins. FEBS Letters, 555(3), 597–600. http://doi.org/10.1016/S0014-5793(03)01355-3

Al-Sayed Mahmoud, K., Linder, M., Fanni, J., & Parmentier, M. (2008). Characterisation of the lipid fractions obtained by proteolytic and chemical extractions from rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) roe. Process Biochemistry, 43(4), 376–383. http://doi.org/10.1016/j.procbio.2008.01.011

Bekhit, a. E. D. a, Morton, J. D., Dawson, C. O., & Sedcole, R. (2009). Optical properties of raw and processed fish roes from six commercial New Zealand species. Journal of Food Engineering, 91(2), 363–371. http://doi.org/10.1016/j.jfoodeng.2008.09.005

Bledsoe, G. E, Bledsoe, C. D, dan Rasco, B. (2003). Caviars and fish roe products. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 43(3), 317–356.

Byun, H. G., & Kim, S. K. (2001). Purification and characterization of angiotensin I converting enzyme (ACE) inhibitory peptides from Alaska pollack (Theragra chalcogramma) skin. Process Biochemistry, 36(12), 1155–1162. http://doi.org/10.1016/S0032-9592(00)00297-1

Chalamaiah, M., Jyothirmayi, T., Bhaskarachary, K., Vajreswari, a., Hemalatha, R., & Dinesh Kumar, B. (2013). Chemical composition, molecular mass distribution and antioxidant capacity of rohu (Labeo rohita) roe (egg) protein hydrolysates prepared by gastrointestinal proteases. Food Research International, 52(1), 221–229. http://doi.org/10.1016/j.foodres.2013.03.020

Eurostat. (2006). Fishery statistic data. Available from hhtp://ec.europa.eu/eurostat, last accessed [20 April 2014].

Galla, N. R., Karakala, B., Akula, S., & Pamidighantam, P. R. (2012). Physico-chemical, amino acid composition, functional and antioxidant properties of roe protein concentrates obtained from Channa striatus and Lates calcarifer. Food Chemistry, 132(3), 1171–1176. http://doi.org/10.1016/j.foodchem.2011.11.055

Gu, R.-Z., Li, C.-Y., Liu, W.-Y., Yi, W.-X., & Cai, M.-Y. (2011). Angiotensin I-converting enzyme inhibitory activity of low-molecular-weight peptides from Atlantic salmon (Salmo salar L.) skin. Food Research International, 44(5), 1536–1540. http://doi.org/10.1016/j.foodres.2011.04.006

Hafeez, Z., Cakir-Kiefer, C., Roux, E., Perrin, C., Miclo, L., & Dary-Mourot, A. (2014). Strategies of producing bioactive peptides from milk proteins to functionalize fermented milk products. Food Research International, 63, 71–80. http://doi.org/10.1016/j.foodres.2014.06.002

Intarasirisawat, R., Benjakul, S., & Visessanguan, W. (2011). Chemical compositions of the roes from skipjack, tongol and bonito. Food Chemistry, 124(4), 1328–1334. http://doi.org/10.1016/j.foodchem.2010.07.076

Intarasirisawat, R., Benjakul, S., Visessanguan, W., & Wu, J. (2012). Antioxidative and functional properties of protein hydrolysate from defatted skipjack (Katsuwonous pelamis) roe. Food Chemistry, 135(4), 3039–3048. http://doi.org/10.1016/j.foodchem.2012.06.076

Intarasirisawat, R., Benjakul, S., Wu, J., & Visessanguan, W. (2013). Isolation of antioxidative and ACE inhibitory peptides from protein hydrolysate of skipjack (Katsuwana pelamis) roe. Journal of Functional Foods, 5(4), 1854–1862. http://doi.org/10.1016/j.jff.2013.09.006

Je, J.-Y., Park, P.-J., Kwon, J. Y., & Kim, S.-K. (2004). A novel angiotensin I converting enzyme inhibitory peptide from Alaska pollack (Theragra chalcogramma) frame protein hydrolysate. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 52(26), 7842–7845. http://doi.org/10.1021/jf0494027

Qian, Z.-J., Jung, W.-K., Lee, S.-H., Byun, H.-G., & Kim, S.-K. (2007). Antihypertensive effect of an angiotensin I-converting enzyme inhibitory peptide from bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) muscle protein in spontaneously hypertensive rats. Process Biochemistry, 42(10), 1443–1448. http://doi.org/10.1016/j.procbio.2007.05.013

Rustad T. (2003). Utilisation of marine by product. Electronic Journal of Environmental. and Food Chemistry, 2(4), 458–463.

Rustad, T., Storrø, I., & Slizyte, R. (2011). Possibilities for the utilisation of marine by-products. International Journal of Food Science and Technology, 46(10), 2001–2014. http://doi.org/10.1111/j.1365-2621.2011.02736.x

Ryan, J. T., Ross, R. P., Bolton, D., Fitzgerald, G. F., & Stanton, C. (2011). Bioactive peptides from muscle sources: Meat and fish. Nutrients, 3(9), 765–791. http://doi.org/10.3390/nu3090765

Sahena, F., Zaidul, I. S. M., Jinap, S., Saari, N., Jahurul, H. a., Abbas, K. a., & Norulaini, N. a. (2009). PUFAs in fish: Extraction, fractionation, importance in health. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, 8(2), 59–74. http://doi.org/10.1111/j.1541-4337.2009.00069.x

Shalaby, S. M., Zakora, M., & Otte, J. (2006). Performance of two commonly used angiotensin-converting enzyme inhibition assays using FA-PGG and HHL as substrates. The Journal of Dairy Research, 73(2), 178–186. http://doi.org/10.1017/S0022029905001639

Wilson, J., Hayes, M., & Carney, B. (2011). Angiotensin-I-converting enzyme and prolyl endopeptidase inhibitory peptides from natural sources with a focus on marine processing by-products. Food Chemistry, 129(2), 235–244. http://doi.org/10.1016/j.foodchem.2011.04.081

Ziaeian H, Moini, S, and Jamili, S. (2008). Consequences of frozen storage for amino acids and unsaturated fatty acids of tuna (Thunnus tonggol) roe. Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 3(6), 410–415.

 

Baca Juga

Semarak HUT RI 76 tahun kemerdekaan Republik Indonesia

Selasa, 17 Agustus 2021 BPPP Ambon menyemarakkan acara hari Kemerdekaan RI yang ke 76 tahun …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *